Ini hanya re-blog. . .
“Apa kabarmu? Bagaimana keadaanmu?”
adalah pembuka untuk setiap surat yang ingin aku kirimkan padamu.
Sayangnya, surat-surat itu hanya tertumpuk dalam buku ‘diary’-ku. Setiap
waktu.
Kita hampir lupa kapan terakhir kali kita benar-benar bicara
sedalam dulu. Bukan hanya sekadar tegur sapa ala kadarnya karena kita
sedang membohongi perasaan bahwa kita memang hanya ingin berteman saja.
Seperti saat ini.
..
Perpisahan adalah ketika kata ‘Aku rindu’ berubah menjadi ‘Apa kabarmu?’
Jarak adalah ketika kata ‘Boleh aku ikut bersamamu?’ menjadi ‘Kamu mau kemana?’
Benci adalah ketika kata ‘Aku mencintaimu’ menjadi ‘Aku sudah lebih bahagia’
Akhir kisah cinta adalah ketika kita salah menafsirkan diam.
Dahulu diam adalah malu-malu. Kini diam adalah kata yang kehabisan
makna; bahkan untuk sekadar diucapkan.
..
Sayang,
perpisahan adalah cara waktu berkonspirasi dalam membuat sekat-sekat rindu.
Di dalam sekat-sekat ini kita berhak merasa misuh; menyalahkan
diri sendiri tentang hal-hal yang dahulu bisa kita lakukan, tetapi kita
putuskan untuk tidak dilakukan.
..
Sudahlah.
Setidaknya aku ingin dirimu tahu:
Risau adalah penanda dua hati yang sedang menjauh, tapi saling terikat dalam rindu.
Dan untuk setiap rindu yang berubah menjadi ‘Apa kabarmu?’ terselip doa untuk kebaikanmu.
Dan kebaikannya.
15 Juni 2013
Terselip doa. Doa yang tersembunyi dalam surat-suratku.
Kata "Dia"
10 years ago
0 komentar:
Post a Comment